Random Thoughts, Pekerjaan, Otomotif, Gadget, Komedi, Personal Life, dan lain-lain. Semuanya 100% curhat :p

Rabu, 28 Oktober 2015

Velg Jari-Jari vs Velg Racing, semua tergantung penggunanya

01.05 Posted by Kevin D. Yudha No comments
Hai. we meet again :D

Aaah, lama sekali gak bikin post, banyak hal yang terjadi diantara jeda post ini dan post sebelumnya. Lots of things, tapi yang paling mencolok adalah gue bikin post ini di... Tangerang Selatan. Why ? Karena gue kuliah lagi, di STAN yang sekarang berubah nama menjadi PKN-STAN. Gue ambil program D3 Akuntansi Alih Program, disebut Alih Program karena awalnya gue lulusan jurusan Kepabeanan dan Cukai, lalu pindah ke Akuntansi. Kenapa gue gak ambil jurusan D3 Kepabeanan dan Cukai, karena memang gak bisa. Jurusan yang disediakan cuman satu itu doang coy, D3 Akuntansi Alih Program. Jadilah gue disini berbingung-bingung dan pusing dengan kuliah D3 yang kurikulumnya dipadatkan sehingga insyaAllah lulus dalam waktu 2 tahun. Kenapa cuman 2 tahun ? Emang programnya begituh... gabisa ditawar.



Yaah, anyway, gue kali ini terinspirasi bikin tulisan tentang OTOMOTIF.
Gak nyambung ama paragraf sebelumnya ? Emang :p
Gue lagi pengen bikin si cibi putih gue jadi kayak CB500X gitu, udh beli macem-macem part tapi belum sempet dipasang. Gimana lagi, motornya di Klaten, jadwal kuliah padat, gabisa pulang. Akhirnya part nya gue beli online dan dikirimin ke rumah.

Si Cibi, box belakangnya gue lepas sih...

Hampir semua part udh gue dapet, fairing juga tinggal nunggu waktu, gue pesen di Balu Otowork Jogja, semoga lekas jadi.
Tapi ada satu part yang mengganjal di pikiran, itu adalah... Velg.
Masalah velg ini bikin galau, mau di press dan dicat ulang atau beli ? Mau beli baru yang ukuran berapa ? Mau pake spoke wheel (jari-jari) atau cast wheel (velg racing) ? Kalo model adventure mending pake spoke wheel atau cast wheel ?
Hampir sebulan gue galau, browsing sana-sini, tanya sana-sini. Akhirnya mengerucut ke satu pertanyaan : Spoke Wheel atau Cast Wheel ?

Nah, disini gue coba jelasin tentang masing-masing velg tersebut berserta kelebihan dan kekurangannya menurut pandangan gue.



CAST WHEEL



Cast Wheel atau yang biasa disebut velg racing mempunyai struktur yang solid, kokoh dan tidak fleksibel. Velg ini biasa diaplikasikan ke motor bergenre sport karena kestabilannya di kecepatan tinggi.

contohnya nih, Ninya eh Ninja
Kelebihan :
- Stabil untuk kecepatan tinggi maupun hard braking (mengerem mendadak)
- Membersihkannya mudah
- Udara di dalam ban tidak mudah bocor keluar
- Lebih nyaman untuk menikung atau selip-menyelip
- Bisa langsung pake ban tubeless

Kekurangan :
- Mudah bengkok atau bahkan pecah jika membentur lubang atau batu
- Lebih berat
- Lebih mahalllll, wakakakaka

Menurut gue, velg racing ini cocok bagi rider yang tidak sering melakukan perjalanan trabas atau off-road karena karakternya rigid.



SPOKE WHEEL



Spoke wheel atau yang sering disebut velg jari-jari adalah velg yang berjari-jari (yaelah bro). Tidak seperti cast wheel yang menjadi satu kesatuan, velg ini biasanya dijual terpisah antara velg, jari-jari, dan brake drum (tromol) nya. Velg ini ringan dan mempunyai fleksibilitas yang baik sehingga durabilitasnya lebih baik daripada velg racing. Velg ini biasa diaplikasikan ke motor bergenre extreme sport, seperti motor trail semacam KLX atau Adventure macam BMW 1200 GS

 ini dia contohnya

Kelebihan :
- Fleksibilitas tinggi karena benturan diredam oleh jari-jari yang lentur. Lubang ? Batu ? Lewatttt...
- Ringan
- Lebih mudah di-stel ulang
- Lebih murah daripada velg racing

Kekurangan :
- Karena fleksibilitasnya tinggi, kurang stabil untuk menikung di kecepatan tinggi
- Tidak bisa langsung pake tubeless, walaupun beberapa merk juga sudah bisa tp pasti pertanyaan yang muncul di benak orang yang pertama kali lihat adalah "pakai tubeless atau nggak?"
- Ekstra perhatian untuk setiap lubang jari-jari, karena udara bisa merembes keluar jika longgar


Jadi, kesimpulannya ?

Menurut analisa gue (ceilah), pro dan kontra antara velg racing dan velg jari-jari ini sebenarnya tergantung kebutuhan si rider sendiri... Biasanya riding dimana ? Suka trabas di gunung atau suka high speed touring antar kota via jalan aspal ? 
Waktu gue tanya-tanya sih, karena konsep modif gue selanjutnya mengikuti style CB500X maka banyak yang menyarankan untuk pakai velg jari-jari. But I don't think so, bukan selera gue untuk pakai velg jari-jari... toh gue lebih sering touring via jalan aspal, menikmati perjalanan di aspal dengan santai bersama boncenger yang setia menemani :3

Jadi intinya, membandingkan velg racing dan velg jari-jari itu sama saja dengan membandingkan bola basket dengan bola bowling, alias memang beda vroooh, gabisa dibandingin. Loe gabisa main basket pakai bola bowling, dan loe gabisa main bowling dengan nyaman pakai bola basket. Bola bowling yang berat dan stabil adalah velg racing, sedangkan bola basket yang lentur dan ringan adalah velg jari-jari. Keduanya memang diperuntukkan untuk olahraga yang berbeda, begitu juga dengan velg racing dan jari-jari.



Begitulah yang bisa gue sampaikan melalui tulisan ini. Sampai disini gue mulai merasa aneh, ngapain coba mahasiswa akuntansi bikin tulisan tentang velg motor ? Tapi jika tulisan ini bisa berguna, gue bersyukur dan berterima kasih ke elo yang ngerasa tulisan gue bermanfaat. Jika ada salahnya mohon dikritik ya, gue kan awam soal otomotif :D

See ya later !

Note : mungkin lain kali gue akan bikin postingan tentang motor bertipe cruiser ala-ala Harley Davidson gitu. Itu memang selera motor gue sejak kecil (sejak TK gue udh suka ama HD). Contohnya macam Honda Magna, Honda Steed, Honda Phantom, Kawasaki Vulcan, Yamaha Virago, Yamaha Dragstar, dll. Doain aja gue ada rejeki buat beli satu O:)
Atau... ada yang mau minjemin buat test ride ? :3

Rabu, 12 Agustus 2015

A Week in Jakarta

18.49 Posted by Kevin D. Yudha No comments
Hai, ketemu lagi dengan gue Kevin yang masih agak abnormal

Hmmm, gue gabisa dan males update blog ini karena materi untuk dipost memang gaada. Ya gimana mau post, wong tiap hari kerjaannya tu cuman bangun pagi-mandi-kerja-kerja-kerja-pulang-istirahat-tidur-ulangi dari bangun pagi. Apalagi sekarang gue ditempatkan di seksi yang menangani bandara, sabtu-minggu masuk euy...

Anyway,
gue nulis post ini waktu gue sedang berada di Jakarta. Gue termasuk salah satu pegawai yang mengikuti diklat pemeriksaan pesawat terbang. Sebenernya sih yang tercantum disitu bukan nama gue, tapi gue disuruh senior untuk ikut menggantikan dia. Yah... gue sih maklum, diklatnya di Pusdiklat Bea Cukai coy, kalo suruh milih pasti gamau lah diklat di sana. Aturannya ketat, ada pelatih dari Kopassus TNI AD, hormat sana hormat sini, gak bebas lah pokoknya... Mana pelatihnya keras-keras pula, sampe penasaran ini pelatih keras amat yak, mungkin hobinya dengerin musik keras sambil makan yang keras-keras di keras teras rumah. Tapi untungnya disini diasramakan dan asramanya enak, lebih mewah daripada kamar gue nih, ada AC dan showernya :V

Gue, walopun ketikan gue di blog ini pake lo-gue kayak orang Jakarte, tapi aslinya tetep wong ndeso asal Karesidenan Surakarta rodo kulon kono,bro... Gue pake lo-gue biar kesannya gak homo gitu. Bayangin aja cowok macam gue nulis blog pake aku-kamu, skalian aja layout nya warna pink dan blink-blink, jijik. Ke-ndeso-an gue baru terasa setelah gue tinggal selama seminggu di Jakarta. Baru ngerasain ibukota, aaaaaaaa manis asam asin rame rasanya, berkali-kali gue bilang dalam hati kalau Jakarta itu keras. Kehidupan di Jakarta itu terasa semrawut sekali dibandingkan Jogja apalagi Klaten, kayaknya gue mengalami culture shock.

Setelah 5 hari di asrama, gue diperbolehkan bermalam di luar asrama pada malam Jumat sampai Minggu siang, Minggu malam sudah harus di asrama lagi. Selama itu gue nginep di kos temen gue di daerah Pisangan Lama, temen-temen gue dari kantor Tanjung Priok. Bersama mereka, gue mencoba untuk mengikuti pola kehidupan di Jakarta yang isinya gedung semua ini. Gue biasa refreshing dengan berenang di umbul ponggok, kolam mata air asli di Klaten, dan disini gue diajak ke Mal Artha Gading nonton bioskop midnight. Kebanting abis.

Di perjalanan, gue melihat pemandangan kesemrawutan Jakarta dari sudut pandang pembonceng motor, speechless rasanya, sulit diungkapkan dengan cerita. Gue waktu itu mendapati beberapa orang anak kecil yang berjualan tissue dengan berjalan dari satu warung ke warung lainnya, padahal itu sudah jam 11 malam. Miris...
Tapi, jiwa pujangga gue berkata lain, gue lebih mudah mengungkapkan Jakarta yang gue lihat, lewat puisi, ini dia.....


SEMINGGU DI JAKARTA

Ku datang dari Jogja ke Jakarta
Sebagai orang desa yang tak tahu apa-apa
Berniat menempa diri agar semakin berguna
Namun apa daya, aku ditelan semrawutnya ibukota

Aku bukan apa-apa dibandingkan dengan mereka
Yang mengalami kehidupan di Jakarta
Kerasnya hidup membuat mereka menjadi erkasa
Bahkan anak kecil pun tak berdaya ditindas ibukota

Anak-anak kecil yang berkelahi dengan waktu
Digerogoti bayangan masa depan yang tak jelas
Menjual tissue dan berkeliling pinggiran kota hanyalah pilihan mereka
Bukan karena dipaksa atau terpaksa, tapi hanya untuk bertahan hidup semata

Orang jalanan bercengkrama di kumuhnya sudut kota
Kontras dengan gedung megah di belakang mereka
Yang berdiri megah seakan berkuasa, 
namun tak sanggup menyokong kehidupan mereka

Balada ibukota, yang lemah tertindas, yang kuat menindas
Hanya hati yang keras yang bisa menahan ujian yang pedas
Walaupun segalanya begitu tak jelas, tapi disinilah mereka dapat menembus batas
Batas antara hidup terlunta-lunta atau mati dengan hampa

Aku belajar dari mereka, dari seluruh penjuru Indonesia
Bahwa Indonesia itu luas, seakan tak berbatas
Namun hanya di Jakarta, semuanya terasa bebas
Kau bisa jadi orang hebat ataupun bejat
Semua tergantung apa yang engkau perbuat

Oh Jakarta, kacaunya dirimu, semrawutnya dirimu
Semoga hanya sebagai satu bagian negeriku
Bukan cerminan utuh dari apa yang kita sebut NKRI Satu

Rabu, 03 Juni 2015

Prolog

22.30 Posted by Kevin D. Yudha No comments
Hai, perkenalkan nama gue Kevin D Yudha. Sebenarnya nama gue di KTP bukan itu sih, nama asli gue adalah nama yang cukup panjang dan susah diingat untuk orang yang pertama kali tahu nama lengkap gue. Gue biasa dipanggil Kevin, Kepin, Kelvin, Singkek, atau "mase". Tergantung tempat, situasi, dan kondisi saya berada, panggilannya bisa beda-beda.



Foto Marina Bay dengan objek yang cukup mengganggu di depannya


Gue anak pertama dari dua bersaudara. Adik gue selisih 12 tahun ama gue, dan ini membuat gue bangga dengan ortu gue, mereka benar-benar menerapkan program Keluarga Berencana dengan sangat fantastik, nahan 12 tahun buat punya anak kedua coy, karena 3-4 tahun sudah mainstream. Tapi gue bingung, ini adek gue sebenernya direncanain ato enggak sih... jangan-jangan lahir di luar rencana, who knows.
Sekarang gue kerja di salah satu instansi pemerintah, di bawah Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Singkat kata, gue PNS Kemenkeu. Yoi, emang muka gue gak sesuai ama image PNS, tapi percayalah, gue bener-bener seorang PNS. 

Udah, foto gue gausah diliatin lagi saking gak percayanya, ntar malah kesurupan loh.

Tujuan gue nulis blog ini tidak lain, tidak bukan, tidak berbeda, tidak ada yang lain, selain dirimu, yang selalu kupujaaaa ~~~ (lah kok malah jadi lagunya Dewa 19?).
Ulang, tujuan gue nulis blog ini adalah untuk.... curhat. Yep, bener, curhat. Kayaknya perlu di-capslock nih biar gahar, CURHAT. Asek, gahar abis, curhat dengan capslock. Coba deh elo waktu bbm-an atau whatsapp-an ama temen curhat lo, sekali-kali pake total capslock, kayaknya bakal lebih kerasa "umph" nya gitu. Lebih greget. Kayak contoh dibawah.

Greget kan ? Curhat garis keras, tidak balas jempol lo gue las, cadas

Yak itu tadi salah satu kebiasaan gue, suka ngasi lelucon yang gak lucu dan supergaring... Gimana, udh mulai merasa aneh ? Jangan kebanyakan baca blog gue, nanti ketularan aneh loh :p

Tuh kan, abis ngelawak garing, gue jadi bingung mau nulis apaan lagi...



Lanjut, curhatan di blog ini ada karena gue udah mulai jenuh dengan berbagai macam sosial media yang ada dan bisa dipakai curhat... contohnya :
1. Facebook
Banyak dosen dan temen kerja dan senior dan lain-lain disini, jadinya gue susah untuk berkata-kata di FB. FB gue sekarang cuma buat nyari info soal motor ato mobil. Gue akan bahas soal motor dan mobil di postingan lain.
2. Beralih ke Twitter, ini sosmed sebenernya bagus. Simpel, kita tinggal ngetik trus klik tweet doang. Tapi... gabisa panjang. Dan kalo nge-tweet bertubi-tubi ntar gak enak sama tweeps  yang lain, timeline nya gue kasi banjir alias flooding. Pensiun nge-tweet deh...
3. Path
Ini sosmed paling asik yang pernah gue pake. Gaul gilak gitu deh... bisa macem-macem, yang paling gue suka adalah fitur sharing musik yang lagi kita dengerin atau yang kita suka, trus sticker nya juga banyak dan lucu-lucu :3. Tapiiii... berhubung SIM card gue adalah SIM card jadul yang sinyalnya separah prajurit yang lagi berlindung dari tembakan (baca : tiarap komandan !). Jadi loading nya sering gagal. Ujung-ujungnya gondok sendiri.
4. Instagram
Nah, gue lagi asik-asiknya pake nih sosmed. Yah, 80% cuman gambar doang sih, tapi asik dan simpel. IG gue @kevindyudha, follow ya guys ! :3

(cie modus buat nambah follower...)

Apa lagi ya... sebenernya banyak sih yang mau gue post, tapi belom ada materi yang memadai (  '3')
Mau post tentang mobil gue, Opel Blazer DHC 1996 yang gue namai "Mbah Blez", tapi doi masih terdiam membisu di garasi rumah. Perkap mesinnya bocor cuy, olinya merembes dan kalo mesin panas tu uap oli masuk ke AC, baunya kayak tokai tikus, nyalain AC bukannya adem tp malah meracuni penumpangnya gitu deh -.-
Mau posting tentang motor, kayaknya bakalan panjaaaaaaaaaaaaaaaaang sekali, gue post di lain waktu aja deh.
Oiya, gue lagi suka browsing dan diskusi soal box motor dan ergonomi berkendara, yang mau ngobrol ama gue soal itu taroh aja commentnya, okay ?

Sampai jumpa di post selanjutnya :D